Mengapa Jumlah Warga Miskin di Kabupaten Rembang Terus Meningkat?

Padahal, program pembangunan, bila dilakukan dengan benar, seharusnya meningkatkan jumlah warga yang sejahtera. Namun faktanya di Kab. Rembang. Terbukti, dari tahun ke tahun jumlah warga miskin terus bertambah.


Lihat saja, data suseda (sensus daerah) Pemerintah Kab. Rembang 2006 - 2009.


Tidak itu saja, program pembangunan yang dijalankan juga belum mampu menjamin mutu kesehatan warga. Terbukti kasus gizi buruk di kalangan balita Kab. Rembang menduduki peringkat pertama di Jawa Tengah.
Yang lebih mengenaskan, di tengah situasi seperti itu nyaris 60.000 warga usia produkti di Kab. Rembang kesulitan mendapat pekerjaan, alias menganggur.
Karenanya, tidak mengherankan bila, jumlah warga yang kecewa terhadap program pembangunan di Kab. Rembang cukup banyak. Berdasar survey Semesta Institute yang dilakukan pada November 2009, terlihat 58% warga kecewa dengan kinerja Bupati saat ini, kurang puas dan tidak puas.

Ketidakpuasan itu diikuti dengan kian kuatnya anggapan masyarakat, bahwa program pembangunan yang dijalankan sesungguhnya tidak untuk menyejahterakan warga. Tapi hanya untuk kelompok tertentu dengan berbagai cara. Terbukti 61% masyarakat menunjukkan ketidaksukaannya dengan menyatakan, program pembangunan yang berjalan hanya untuk kepentingan kelompok tertentu, monopoli usaha dan SDA (sumber daya alam).
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah Kab. Rembang, bisa jadi kian menurun bila survey dilakukan usai penerimaan CPNS yang ramai dengan isu, setiap calon PNS harus menyetor sejumlah uang antara Rp.50 Juta - Rp. 100 Juta, bila ingin diterima.

"Berdasar pantauan yang kami lakukan, penerimaan CPNS Kab. Rembang terindikasi sangat kuat dijadikan ajang pungli," tandas Cholili yang aktif menelusuri isu tersebut. Untuk itu, ia tidak heran bila DPRD Kab. Rembang sempat mewacanakan untuk menggelar Hak Angket terkait penerimaan Pegawai Negeri Sipil di Rembang.
"Coba bayangkan berapa banyak uang pungli yang didapat oleh oknum tersebut bila setiap CPNS menyetor 50 Juta?" tanyanya.
Tidaklah mengherankan, bila pemilihan bupati baru yang akan dilaksanakan 26 April 2010 disambut antusias oleh warga Rembang sebagai kesempatan memperbaiki perilaku kepemimpinan yang tidak amanah.
Berdasar survey Semesta Institute, 42% warga Rembang mengaku akan menggunakan kesempatan tersebut untuk memilih calon pemimpin baru yang sesuai dengan hati nurani mereka. Bahkan, 20%, dengan yakin menyatakan tidak akan mengubah pilihannya walaupun mendapatkan money politics. Terkait money politics, seorang warga secara lugas menyatakan, "Saat akan pemilihan, kami diberi uang Rp 50 Ribu, tapi nanti saat ingin jadi PNS diminta Rp 50 Juta," sambil tersenyum kecut.
Yang menarik, walaupun saat survey dilakukan belum melakukan sosialisasi, popularitas H Yaqut Cholil (Gus Tutut) ternyata cukup tinggi di kalangan warga Rembang. Setidaknya, 52.6% warga Rembang tahu sosok Gus Tutut, dan mereka menganggap dia sebagai sosok yang tepat untuk memperbaiki Rembang di masa mendatang.
Militansi orang yang akan mendukung Gus Tutut juga sangat tinggi dibandingkan dengan kandidat lain. Bila pendukung kandidat yang lain kemungkinan akan mengubah dukungannya pada hari H mencapai 7%, pada Gus Tutut di bawah 1,4%.
Melihat kenyataan semacam itu, gagasan Gerakan Rembang Bangkit tampaknya akan mendapatkan dukungan yang luar biasa dari masyarakat. Dengan catatan praktik-praktik politik kotor tidak dilakukan oleh pihak lain.

untuk memuat-ulang di blog anda, klik "track back link" atau "buat sebuah tautan". email tidak akan dipublikasikan, komentar langsung dimuat